PAMELA
G. REED
SELF TRANSCENDESE THEORY
Disusun oleh:
Fenny Andriani
(1710711077)
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PROGRAM
STUDI S-1 KEPERAWATAN
2018
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penulis tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah yang berjudul Pamela G. Reed Self Transcendense Theory ini
ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Melalui
makalah ini, kami berharap mampu memberikan dampak positif serta menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Pada kesempatan yang baik ini,
izinkanlah penyusun makalah menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Penulis berharap pembaca mampu memberikan kritik dan saran
sehingga penulis mampu mengevaluasi diri menjadi lebih baik. Penulis juga
memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan serta kekurangan pada makalah ini.
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi bersifat unik karena
ilmu keperawatan selalu dansenantiasa berkembang dan sasaran pelayanannya
ditujukan kepada individu,keluarga, kelompok dan masyarakat. Ilmu Keperawatan
didasari oleh teori – teori keperawatan
yang masih bisa dikembangkan dan dianalisa.Model konseptual keperawatan
dikembangkan oleh para ahli keperawatantentang keperawatan. Model konseptual
keperawatan diharapkan dapat menjadikerangka berfikir perawat, sehingga perawat
perlu memahami beberapa konsep inisebagai kerangka konsep dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam praktik keperawatan profesional.Salah satu ahli
keperawatan, Pamela G. Reed, mengusung teori Self-transcendence yang tergolong
dalam kategori middle range theory. Reedmengatakan dalam teorinya bahwa ada
tiga konsep mayor yaitu vulnerrability, self-transcendence dan well-being, yang
mana pengembangan konsep diri dibatasisecara mulitidimensi yaitu Inwardly
(batiniah), outwardly (lahiriah) dan temporally (duniawi). Berdasarkan teori
tersebut, terdapat dua poin intervensi yaitu: tindakankeperawatan yang secara
langsung berfokus pada sumber-sumber yang berasal daridalam diri seseorang
terhadap transendensi atau berfokus pada beberapa faktorpersonal dan kontekstual
yang mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan vulnerability, hubungan
antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat
B. Tujuan
Penulisan
Tujuan umum pada penulisan makalah ini adalah untuk
memahami teori Self-trranscendence oleh Pamela G. ReedTujuan Khusus pada
penulisan makalah ini adalah menjelaskan teori self-transcendence yang
dikembangkan oleh Pamela G. Reed, menganalisa kelebihandan kekurangan teori
Self-transcendence dan menganalisa alasan teori ini termasuk ke dalam
middle-range theory.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
konsep teori yang dikemukakan oleh Pamela G Reed?
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Biografi Pamela G. Reed
Pamela G. Reed, dilahirkan di Detroit, Michigan pada
tahun 1973. Beliau menikah dengan Gary, suaminya, dan telah memiliki 2 putri.
Reed memulai karir keperawatannya dengan bersekolah di Wayne State University,
Detroit, Michigandan tamat pada tahun 1974, lalu Reed melanjutkan pendidikannya
ke jenjang S2 dibidang kesehatan mental anak dan remaja dan pendidikan keperawatan
dan berhasilmenamatkan dan memperoleh gelar M.S.N pada tahun 1976. Pendidikan
tinggiterakhir berikutnya, jenjang S3 (Ph.D) berhasil diselesaikannya pada
tahun 1982dengan konsentrasi mayor teori dan riset keperawatan, dengan studi
minor padaperkembangan usia dewasa dan usia lanjut (lansia).Saat ini, Reed
mengisi kegiatan sehari-harinya dengan mengajar padaFakultas keperawatan
University of Arizona College, Tucson. Selain mengajar,Reed juga melakukan
penelitian dan memberikan pelayanan administrasi diinstitusi yang sama sejak
tahun 1983. Pengajaran dan penelitiannya berfokus padatopik utama Well-being
and Aging. Reed yang telah menerima beberapa macampenghargaan juga merupakan
pioneer dalam riset-riset keperawatan dalam bidangkajian spiritualitas. (Tomey and
Alligood, 2010)
B. Latar belakang terbentuknya self
transcendence theory
Pamella G. Reed (2003) yang teorinya merupakan
sintesa dari tiga sumber.Ketiga sumber yang dimaksud antara lain (1) bahwa
perkembangan manusiasebagai proses sepanjang hayat dalam mencapai kedewasaan
termasuk didalamnyaproses menua dan proses menjelang ajal, (2) adanya factor
kontekstual terhadapterjadinya ketidakseimbangan antara manusia dan lingkungan
sebagai sesuatu yangpenting dalam pengembangan, dan (3) berdasarkan pengalaman
klinik dan risetyang mengindikasikan secara klinik dilaporkan bahwa depresi
pada lansia lebihsedikit disebabkan oleh penurunan sumber pengembangan dan
perasaan sejahteraakibat penurunan kemampuan fisik dan kognitif daripada
kelompok kesehatanlansia.
Reed (1991) mengembangkan teori tentang
self-transcendence dengan menggunakan strategi “deductive reformulation“.
Strategi ini digunakan untuk membangun middle range theory menggunakan
pengetahuan yang diperoleh dariteori non keperawatan yang kemudian di reformulasi
secara deductive dari modelkonsep keperawatan. Teori non keperawatan yang
dipergunakan adalah life-spantheory pada social kognitif dan pengembangan
transpersonal orang dewasa. Prinsipdari teori life-span adalah merupakan
reformulasi dari prespektif keperawatan dariMartha E. Rogers tentang konsep
kesatuan system manusia.
C. Konsep
kunci self transcendence theory
1.
Self - Transcendence
Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa
yang telah dicapai, suatu gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari
baik menjadi lebih baik.Menurut Pamela G Reed, Self Transcendence didefinisikan
sebagai pengembangankonsep diri dibatasi secara multidimensi yaitu :
a. Inwardly
(batiniah) : Melakukan refleksi introspeksi diri terhadap pengalaman-pengalaman
yang telah dialami.
b. Outwardly
(lahiriah) : Diartikan pentingnya berinteraksi denganlingkungannya.
c. Temporally
(duniawi) : Menggunakan pengalaman masa lalu sebagai pelajaranuntuk mencapai
tujuan masa depan.
Self-trancendence pada awalnya didefinisikan oleh
Reed (1991) sebagai pengembangan batasan konsep diri multidimensi:
a. inward
/kedalam (terhadapwawasan yang lebih luas ke dalam kepercayaan, nilai dan mimpi
seseorang) contohmelalui pengalaman introspeksi,
b. outward/keluar
(terhadap kesadaran akan hal laindan lingkungan),
c. temporal
(masa lampau dan masa datang yang terintegrasi saatini).
Reed mendefinisikan secara menyeluruh, sebagai
berikut : Self-transcendence mengarah pada fluktuasi batasan-batasan keluar
dari seseorang (atau diri sendiri) dengan segera dan pandangan-pandangan sempit
dari diri sendiri dan dunia.Fluktuasi ini adalah pandimensional, inward
(terhadap kesadaran yang lebih besardari kepercayaan/keyakinan seseorang,
nilai, dan cita-cita), outward (terhadap oranglain dan lingkungan), dan
temporal (terhadap pengintegrasian masa lampau danmasa depan dengan cara
meningkatkan masa kini yang relatif).
Tahun 2003, pola lain dari perluasan batas disatukan
sehingga self-transcendence adalah kapasitas itu memperluas
batasan-batasan" transpersonally (untuk berhubungan dengan dimensi di luar
dirinya)"diri sendiri. Karena self-transcendence adalah pandimensional,
ini memungkinkan dimensi-dimensi lain bisa ditambahkanuntuk menguraikan
kapasitas perluasan batas.
2.
Well-Being
Didefinisikan
sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis,sosial, budaya
dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadaanyang baik.
Well-being didefinisikan sebagai rasa “feeling whole and healthy” yang sesuai
dengan kriteria sendiri untuk wholeness and well-being (Reed,2003).Seseorang
dengan tingkat Well-being yang tinggi menunjukkan kepuasan terhadaphidup dan
memiliki tingkat depresi yang rendah.
Kesejahteraan (well-being) didefinisikan sebagai “
perasaan merasa utuh dan sehat,sesuai dengan salah satu kriteria untuk perasaan
utuh dan kesejahteraannya” (Reed, 2003). Reed mendefinisikan mekanisme yang
mendasari kesejahteraan pada artikeltahun 1997. Dalam artikel tersebut, dia
mengusulkan keperawatan semestinya “proses keperawatan menuju kesejahteraan”.
Kesejahteraan sebagai proses keperawatan, kemudian digambarkan dengan istilah
dari sintesa 2 macam perubahan: perubahan dalam kompleksitas kehidupan (contoh
: peningkatan kelemahan padalanjut usia atau hilangnya pasangan/orang yang
dicintai), perubahan dalam integrasi(contoh. membentuk arti dari kejadian dalam
kehidupan).
3.
Vulnerability
Vulnerability
didefinisikan sebagai kesadaran akan kematian yang timbul seiringdengan usia
dan fase kehidupan atau selama kejadian sakit dan krisis kehidupan (Reed,2003).
Vulnerability
merupakan kesadaran seseorang akan adanya kematian, konsep vulnerable
meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk didalamnya
adalah krisis kehidupan seperti disabilitas/ketidakmampuan/cacat,penyakit
kronik dan terminal, kelahiran dan pengasuhan orangtua.Konsep tambahan dalam
teori ini adalah faktor-faktor moderating-mediating danpoin-poin intervensi.
4.
Moderating-Mediating Factors
Faktor-faktor
moderating-mediating adalah variabel-variabel yang bersifat personal dan
kontekstual Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transendensi diri yang
berkontribusi terhadap kondisi yang baik, misalnya : jenis kelamin,
usia,kemampuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi spiritual, lingkungan
sosial danriwayat masa lalu yang dapat mempengaruhi hubugan antara vulnerability
dan self-transcendence dan antara self-transcendence dan well-being. Luasnya
berbagaivariabel dari individu dan interaksi mereka mungkin mempengaruhi proses
self-transcendence juga berkontribusi menuju kesejahteraan. Contoh variabel
sepertiumur, jenis kelamin, kemampuan kognitif, pengalaman hidup, perspektif
spiritual,lingkungan sosial, dan kejadian histories. Variabel dari individu
bisa menguatkanatau melemahkan hubungan antara vulnerability dan
self-transcendence dan antara self-transcendence dengan well-being (Reed,
2003).
5.
Point of Intervention
Poin-poin intervensi adalah
tindakan keperawatan yang memfasilitasi self-transcendence. Berdasarkan teori
transendensi diri, terdapat dua point intervensi :
a.
Tindakan keperawatan secara langsung
berfokus pada sumber-sumber yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap
transendensi diri.
b.
Tindakan yang berfokus pada beberapa
faktor personal dan kontekstual yangmempengaruhi hubungan antara transendensi
diri dan vulnerabel ; hubungan antar transendensi diri dan keadaan baik/sehat.
Tiga hal dibangun dengan menggunakan tiga konsep
dasar tersebut, yaitu :
a. Self-transcendence
lebih besar pada seseorang yang menghadapi pokok persoalan akhir dari
kehidupannya sendiri daripada pada orang yang tidak menghadapinya. Issue dari
akhir kehidupan seseorang diinterpretasikan secaraluas yang timbul dengan
peristiwa kehidupan, penyakit, lanjut usia danpengalaman lain yang meningkatkan
kesadaran akan kematian.
b. Boundaries
konseptual berhubungan dengan well-being. Tergantung pada sifatalamiahnya,
fluktuasi dalam boundaries konseptual mempengaruhi well-being secara positif
atau negatif melewati masa kehidupan. Sebagai contoh,peningkatan dalam
pandangan dan perilaku self-transcendence diharapkan menjadi positif terkait
dengan kesehatan jiwa sebagai suatu indicator well-being pada orang-orang yang
menghadapi akhir hidupnya.
c. Faktor-faktor
manusia-lingkungan berfungsi sebagai korelasi, moderator ataumediator dari
hubungan antara vulnerability, self-transcendence dan well-being.
D. Asumsi
mayor
Di dalam teorinya Reed, mengusulkan suatu model
untuk membangun kerangka-kerangka konseptual bahwa pendidikan keperawatan
merupakan keahlian khususklinis. di model tersebut, kesehatan diusulkan sebagai
konsep utama, di sekitar yangaktivitas ilmu perawatan pengambilalihan model
adalah bahwa fokus dari disiplin ilmuperawatan di bangunan dan melibatkan
pengetahuan untuk mempromosikan proses-proses kesehatan.
1. Kesehatan
(Health)
Kesehatan,
didefinisikan secara implicit sebagai proses kehidupan yang terdiri
daripengalaman positif dan negative yang digunakan oleh manusia secara kreatif
danunik untuk mencapai rasa sejahtera
2. Keperawatan
(Nursing)
Peran aktivitas perawat dalam merawat seseorang
melalui proses interpersonal danmanajemen teraupetik terhadap lingkungan,
dengan keterampilan untuk promosikesehatan an kesejahteraan.
3. Manusia
Manusia adalah
seseorang yang harus dipahami sebagai individu yang sedangberkembang sepanjang
hayat mereka dalam berinteraksi dengan orang lain dandengan lingkungan dalam
perubahan yang kompleks dan vital dimana hal tersebut bisa berkontribusi
positif atau negative dalam mencapai kesehatan dan rasa sejahtera
4. Lingkungan
Keluarga, kontak
social,lingkungan fisik, dan sumber komunitas adalah lingkunganyang secara
signifikan berkontribusi pada proses kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh keperawatan melalui manajemen interaksi
terapeutik antara manusia, objek, danaktivitas keperawatan
E. Hubungan antara konsep-konsep mayor
pada self transcendence theory
Model of self-transcendence theory (Tomey (2006)
Model teori self transcendence mengusulkan tiga macam hubungan :
1. Peningkatan
vulnerability dihubungkan dengan peningkatan self transcendence.
2. Self
transcendence berhubungan secara positif dengan kesejahteraan (well-being).
3. Faktor-faktor
personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan antara vulnerability dan self
transcendence dan antara self transcendence dan well-being
Self-transcendence dapat diintegrasikan dalam
berbagai situasi hidup.Perawat dapat melakukan berbagai aktivitas untuk
meningkatkan perspektif danakivitas refleksi diri, alturisme, harapan dan
keyakinan/keimanan tentang mortalitaspersonal yang dikaitkan dengan peningkatan
rasa sejahtera. Kegiatan-kegiatan yangdilakukan dalam kelompok yang memiliki
masalah yang sama, seperti contohnya gathering pada kelompok cancer, ostomate,
psikoterapi dan lain-lain, dapat dijadikan media bagi seseorang untuk mencapai
rasa sejahtera. Dalam kelompok tersebut mereka dapat melakukan sharing, berbagi
pengalaman dan salingmembantu antara satu sama lain, sehingga mereka merasa
berarti. Ketika seseorang merasa berarti keberadaannya untuk orang lain maupun
dirinya sendiri, maka akan timbul rasa sejahtera. Perawat dalam hal ini
berperan selaku fasilitator dalam meningkatkan self-transcendence seseorang
sedemikian rupa sehingga mampu menggali hal-hal positif dan membangun makna
yang positif dalam diri seseorang sehingga menimbulkan rasa sejahtera (
well-being ) dalam dirinya. Perawat dapat memfasilitasi pasien-pasien untuk
melakukan self-transcendence dengan memberikan kesempatan untuk merefleksikan
berbagai hal, instropeksi diri, menggali keyakinan diri tentang makna hidup,
melihat hal-hal positif dalam dirinya, melakukan interaksi positif dengan
lingkungannya sehingga mereka yakin bahwa mereka benar-benar merasa berarti
bagi dirinya dan orang lain, mereka merasa telah melakukan kebaikan-kebaikan
yang akan menjadi bekal dalam menghadapi kondisi terburuk bahkan kematian
sekalipun dengan tenang dan damai, pada kondisi demikian dapat dikatakan bahwa mereka
merasa sejahtera (well-being). Sebaliknya jika seseorang merasa dirinya tidak
berarti, tidak bermakna bagi orang lain dan merasa tidak melakukan hal-hal
positif dalam hidupnya, seseorang akan merasa gagal dan merasa sia-sia selama
hidupnya sehingga akan timbul rasa tidak tenang menghadapi kondisi kritis atau
menghadapi kematian terutama bagi mereka yang memiliki keyakinan akan diminta
pertanggungjawaban terhadap perbuatan selama hidupnya oleh Tuhan setelah mereka
meninggal, rasa takut tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya itulah
yang menimbulkan rasa tidak sejahtera dalam dirinya, perawat harus mencegah
perasaan pasien yang seperti itu melalui intervensi untuk menigkatkan
self-transcendence yang positif sehingga tercapai rasa sejahtera (well-being).
Self-transcendence merujuk pada fluktuasi persepsi
yang melampaui batas-batas seseorang atau dirinya melebihi batasan pandangan
tentang diri dan dunianya. Fluktuasi ini merupakan pandimensional yaitu
pandangan keluar (terhadap orang lain dan lingkungan), pandangan ke dalam
(terhadap kesadaran yang lebih tinggi dari kepercayaan, nilai-nilai dan
mimpi-mimpinya) dan pandangan yang bersifat temporal (terhadap integrasi atau
penyatuan masa lalu dan masa yang akan datang),dan Well-being, diartikan sebagai
rasa yang timbul dari keseluruhan perasaan sehat,termasuk didalamnya kriteria
yang ditetapkan sendiri tentang keseluruhan perasaan sejahtera. Sehingga
perawat dapat melakukan intervensi-intervensi untuk meningkatkan personal dan
contextual factor yang mendorong seseorang untuk mampu menggalihal-hal positif
mengenai pandangannya tentang vulnerability sehingga menghasilkan
self-transcendende yang positif untuk mencapai rasa sejahtera (well-being).
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Kelompok
Teori
Salah
satu mid-range theory adalah teori self transcendence yang dikembangkan oleh
Pamela G. Reed. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa teori self
transcendence menjadi bagian dari mid-range theory, yaitu:
1. Teori
Reed mempunyai 3 konsep yaitu vulnerability, self-transcendence dan
kesejahteraan (wellness) dan memiliki 2 konsep yang lain yaitu faktor personal
danlingkungan serta petunjuk intervensi. Sangat jelas digambarkan bahwa teori
tersebutmemiliki sedikit konsep dan variabel.
2. Teori
Reed dapat diaplikasikan pada berbagai situasi dan kondisi kesehatan manusia
termasuk dalam hal penyembuhan. Konsep mayor dari teori ini dapat digunakan
seseorang menghadapi kejadian hidup mulai dari lahir, ancaman sakit dan
menghadapi kejadian hidup mulai dari lahir, ancaman sakit dan menghadapi
kematian.
3. Sebahagian
konsepnya masih bersifat cukup abstrak yaitu self-transcendence, wellness,
vulnerability, namun keabstrakan tersebut bisa menjadi studi ilmiahmenarik
untuk pengembangan teori melalui riset.
4. Teori
menggunakan 3 sumber yaitu :
4. 1
Konseptualisasi baru dari perkembangan manusia sepanjang proses
kehidupannya.
4. 2
Dari grand theory Martha Rogers tentang unitary human being, dengan teoriyang
diadopsi yaitu teori tentang perkembangan life span (masa kehidupan).Dimana teori
ini menjelaskan bahwa manusia dalam hidupnya akan mengalamiproses perkembangan
yang tidak bisa diprediksikan namun tetap memiliki poladan tujuan, ia juga
mengidentifikasi bahwa akan selalu terjadiketidakseimbangan hubungan antara
manusia dan lingkungannya yangmerupakan kebutuhan dalam menjalankan proses
perkembangan hidup.
4. 3
Teori Reed juga bersumber pada pengalaman-pengalaman klinik dan riset.
5. Menggambarkan
fenomena keperawatan berhubungan dengan tindakan keperawatan yang direncanakan
dan juga berorientasi pada pencapaian tujuan/hasil yang berfokus pada
klien/pasien.
B.
Kritisi
terhadap Self Transcendence theory
1. Clarity
and Consistency
Clarity and consistency menjadi deskripsi kunci dari
refleksi teori (Chinn &Kramer, 2004). Klarifikasi digunakan untuk mendefinisikan
konsep yang sudah ada agar mudah dimengerti antar variabel. Konsistensi
diperlukan agar konsepmudah dievaluasi dari variabel yang telah digunakan.
Clarity and consistency digunakan oleh Pamela untuk memperkuat variabel yang
digunakan dalamteorinya yang mengambil teori yang sudah ada. Salah satu contoh
konsep teoriyang diadopsi oleh Pamela adalah teori Rogers tentang human beings.
2. Simplicity
Simplicity atau kesederhanaan digunakan oleh Pamela
untuk memiliki jumlah minimal dalam konsep dan keterkaitan antar variabel.
Kesederhanaan ini dapat terlihat pada variable self-trancendence,
vulnerability, dan well-being. Secara keseluruhan konsep utama adalah hubungan
yang dihasilkan oleh konsep yang minimal, bermakna dan komprehensif.
3. Generality
Generality atau keumuman dijelaskan sebagai teori
yang dapat diterapkan pada semua tahap perkembangan. Konsep utama Pamela dapat
diterapkan pada kelahiran, pengasuhan, penyakit kronis, dan yang mengalami
penyakit terminal.
4. Empirical
Precesion
Empricical precesion adalah ketelitian yang dimiliki
sesorang berdasar pada pengalaman yang dimiliki. Ketelitian ini digunakan untuk
melihat,mengobservasi kejadian tertentu yang berkaitan dengan proses
keperawatan.Teori yang dikembangkan Pamela masih sedikit abstrak, tetapi sudah
mengidentifikasi dari konsep yang sudah digunakan pada teori sebelumnya.
5. Derivable
Consequences
Self-trancendence adalah salah satu teori middle
range yang dapat digunakandalam pendidikan keperawatan, penelitian, dan praktek
klinik. Teori ini berdasardari filosofi keperawatan, penelitian dan praktik
yang sudah melalui pengujian sehingga muncul pengetahuan baru yang bermanfaat
dalm dunia keperawatan.Teori memberikan wawasan tentang situasi kesehatan
seseorang yang relevan dengan dunia keperawatan.
Kelebihan dan kekurangan :
Kelebihan :
1. Baik
digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terkait dengan
masalahpsikososial.
2. Faktor
spiritual cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah klien.
Kekurangan
:
1. Beberapa
bagan yang ditampilkan tidak menguraikan secara jelas yang menghubungkan
variabel-variabel dalam bagan tersebut.
2. Banyak
variabel dalam teori, seperti vulnerability dan transendensi diri serta kondisi
sejahtera yang masih abstrak, sehingga masih dapat kesulitan diterapkan dalam
praktik.
3. Pembahasan
teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna oleh para perawat yang
akan mengaplikasikannya ke dalam praktik.
4. Terbatas
digunakan hanya pada kasus-kasus yang berhubungan dengan adanyamasalah
psikologis dengan kurang mempertimbangkan penanganan fisiknya.
Teori
Pamela dapat digunakan dalam:
1. Practice
Teori self-trancendence Pamela dapat digunakan dalam
praktik keperawatan,terutama dalam proses pengkajian pada pasien. Teori ini
sangat tepat digunakan dalam proses pengkajian karena variabel yang digunakan
sudah mencakup tentang fenomena yang terjadi dimasyarakat. Perawat dapat
melakukan pengkajian tentang; refleksi diri, harapan, dan pembimbing rohani
pasien.
2. Education
Edukasi yang dimaksud adalah edukasi untuk perawat
dan edukasi yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan keperawatan.
Self-trancendence banyak menggunakan teori-yeori yang sudah digunakan oleh para
pakar sebelumnya.Pamela mengatakan kapasitas dan permasalahn pasien dapat
diselesaikan bersama dengan perawat melalui pendidikan kesehatan.
3. Research
Penelitian yang digunakan para peneliti tidak lepas
dari variabel yang dikembangkan Pamela dalam teori self-trancendence. Variabel
ini dapat digunakan dalam berbagai tempat peneltian seperti; komunitas,
keluarga, jiwa, dan lainsebagainya. Penelitian yang pernah menggunakan
self-trancendence membuktikanbahwa pasien memiliki hubungan yang kuat dalam
menghadapi penyakitnya.
Teori
Reed Slef-transcendence merupakan pengembangan dari teori-teori lainyang
bersumber dari grand teori dan masuk dalam middle-range teori, teori self
transcendence ini sebagai suatu upaya untuk pengembangan konsep diri yang lebih
baik,middle-range teori sendiri mempunyai ciri ruang lingkup yang lebih
terbatas,tingkat keabstrakannya yang lebih sedikit , membahas fenomena atau
konsep yang lebihspesifik, dan merupakan cerminan dari praktik. Komponen utama
dalam teori ini yaitu vulnelabirity, self transendense, well-being, moderating
mediating factor, point of intervention, yang mana dari komponen ini saling
berhubungan sebagai sebab akibat. Teori Reed ini juga menggambarkan fenomena
keperawatan berhubungan dengan tindakan keperawatan yang direncanakan dan juga
berorientasi pada pencapaian tujuanatau hasil yang berfokus pada klien.
Teori
ini bisa di aplikasikan terhadap kasus terutama yang berhubungan dengan masalah
psikosial meskipun nilai keabstrakan dalam reori ini masih ada, tetapi hal
itudapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Teori Reed dapat
diaplikasikan pada berbagai situasi dan kondisi kesehatan termasuk dalam proses
penyembuhan. Konsep mayor dalam teori ini dapat digunakan seseorang dalam
menghadapi kejadian hidup mulai dari lahir, ancaman sakit sampai proses
menghadapi kematian karena teori Reed ini bersumber dari pengalaman praktek dan
riset.
Walaupun
terbatas dalam penerapannya teori Greed ini hanya terbatas pada kasus-kasus
yang berhubungan dengan adanya masalah psikologis dengan kurang
mempertimbangkan penangan pada masalah fisiknya. Tetapi perawat dapat melakukan
intervensi-intervensi untuk meningkatkan personal dan contextual factor yang
mendorong seseorang untuk mampu menggali hal-hal positif mengenai pandangannya
tentang vulnerability sehingga menghasilkan self-transcendende yang positif
untuk mencapai rasa sejahtera (well-being).
BAB
IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Teori
Self Transcendence merupakan teori yang dikemukakan oleh Pamela G.Reed yang
berada dalam klasifikasi middle range theory, disebabkan olehbeberapa
karakteristik middle range theory
dimiliki oleh teori ini.
2. Kelebihan
teori ini adalah baik digunakan untuk menyelesaikan berbagaimasalah yang
terkait dengan masalah psikososial dan untuk faktor spiritualcukup
dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah klien.
3. Terdapat
beberapa kekurangan dari teori ini baik dilihat dari segi kejelasan,banyaknya
variabel, konsep utama teori, dan terdapat 2 variabel yang tidak jelas apakah termasuk dari bagian utama teori
atau tidak.
4. Pembahasan
teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna olehpara perawat yang
akan mengaplikasikannya ke dalam praktik.
5. Dapat
diaplikasikan dalam beberapa ranah edukasi, riset ataupun praktik, dandalam
proses keperawatan dapat diaplikasikan pada setiap tahap proseskeperawatan
terkecuali evaluasi.
B. SARAN
1. Bagi
penelitian-penelitian selanjutnya, bisa menjadi bahan peneliti untuk perbaikan
teori dari ketidakjelasan dan keabstrakan yang dimiliki oleh teoriini.
2. Sebaiknya
ada metoda proses keperawatan yang dijelaskan dalam teorisecara implisit
sehingga penerapannya dalam praktik menjadi lebih mudahdipahami dan
dilaksanakan oleh perawat.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Marriner Tomey, A., & Alligood, M.
R. (2010). Nursing Theory and Their Work (7rded.). St. Louis: Mosby.
·
Smith, M.J. & Liehr, P.R (ed.).
2008. Middle Range Theory for Nursing. 2nd edition.New York: Springer
Publishing Company, LLC